Alasan 1: Konservatif
Artinya kita mencari aman, jadi kalo ada berita tentang adanya Allah serta Kehidupan setelah kematian (surga neraka) maka lebih baik kalo kita mempercayainya , kenapa? karena lebih aman untuk percaya daripada tidak percaya. kalopun ternyata tuhan/ surga neraka tidak ada , maka kita tidak akan rugi sama sekali dalam berbuat baik didunia, tapi kalo misalnya kita tidak percaya sehingga kita berbuat seenaknya didunia (tidak mematuhi perintah-Nya maupun melanggar Larangan-Nya) maka jika ternyata Allah/ surga neraka itu ada, maka kita akan rugi / menyesal sekali.
Alasan 2: Keadilan
Sering kali kita melihat bahwa banyak sekali orang2 yang menurut kita baik sekali perilaku maupun kepribadiannya, jujur, suka beramal, tidak pernah korupsi ato berbuat jahat kepada orang lain tapi hidup dalam kesusahan bahkan meninggal dalam keadaan hina, atau kita suka melihat ketidakadilan didunia dimana orang yang bekerja keras hidup dalam kemiskinan/ orang yang pintar sekali tapi gara2 kemiskinan gak bisa nerusin sekolah hingga akhirnya tetep miskin 7 turunan, ato pahlawan2 kita yang terbunuh dalam medan perang demi negara sementara keluarganya hidup dalam kemiskinan karena tidak diurusi oleh pemerintah
apabila tidak ada Allah serta tidak adanya kehidupan setelah kematian maka betapa malangnya nasib orang2 diatas ,betapa ketidakadilan terlihat disini???
Semetara itu sering kita liat orang yang kaya raya gara2 maen curang dalam usaha, menipu, korupsi, Kolusi dll, mereka tetap kaya serta meninggal dengan cara yang baik, diantar ke kuburan oleh ribuan orang, dihormati walopun sudah tidak ada. ato orang yang mengaku2 pahlawan demi mendapatkan penghargaan padahal sama sekali tidak pernah berjuang, mati dengan upacara besar2-an serta dimakamkan di taman Makam Pahlawan, apakah ini adil??? tentu saja tidak, oleh karena itulah kita seharusnya mempercayai adanya Allah serta kehidupan setelah kematian (surga neraka), karena dengan begitu barulah fair/ adil, karena semua perbuatan kita , baik ato buruk,akan dibalas oleh Allah di akhirat kelak
Tuhan itu benar2 ada,ia maha menciptakan sesuatu yang ia kehendaki
terbentuknya alam semesta ini adalah bukti adanya tuhan,kita tidak bisa melihat tuhan,tapi kita bisa merasakanya,dan kita harus mempercayainya bahwasanya tuhan itu ada.
sama halnya ketika kita menanyakan kepada seseorang,"apakah anda punya otak?"pasti orang tersebut menjawab"ya saya punya!".dan ketika bertanya kembali kepada orang tersebut"apakah anda bisa melihat otak anda dengan mata kepala anda sendiri?"pasti ia menjawab "tidak!"dan kita tanya lagi"apakah anda bisa merasakanya?"pasti orang tersebut menjawab"ya!"
saya percaya adanya tuhan karena saya ini diberi otak oleh tuhan saya untuk berfikir.dan saya berfikir,siapa yang menciptakan saya?,siapa yang menciptakan bumi tanpa tiang?,siapa yang menciptakan bulan dan matahari?
dari situlah saya berfikir,pasti ada yang menciptakan ini semua,dan saya yakin bahwasanya yang menciptakan ini adalah zat yang maha perkasa,yang tidak tidur,tidak makan dan minum.
Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
Ada kisah zaman dulu tentang
 orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat 
seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?”
Ketika
 orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, 
orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk
 berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang 
alim tersebut.
“Maaf
 jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai 
menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa 
menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. 
Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan 
sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya 
menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan 
perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si
 Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia 
berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak 
pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan 
sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”
Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku
 yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak 
kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada.
Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak
 bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga 
Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu 
tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa 
merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.
Sederhana
 memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu 
tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui 
keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa
 banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan 
cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa
 banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta),
 sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia 
baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada.
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan
 manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi 
tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan 
bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia.
 Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada 
yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran 
manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
Memang
 sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat 
terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita 
berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Mat ahari,
 dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam
 galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya 
(kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar 
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan
 galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster
 ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh
 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya 
baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih 
baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
ahari,
 dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam
 galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya 
(kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar 
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan
 galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster
 ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh
 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya 
baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih 
baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
 ahari,
 dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam
 galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya 
(kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar 
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan
 galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster
 ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh
 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya 
baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih 
baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
ahari,
 dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam
 galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya 
(kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar 
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan
 galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster
 ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh
 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya 
baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih 
baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan,
 jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh 
cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh 
selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita
 yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini 
lagi kebesaran penciptanya.
 Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha
 Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia 
menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al 
Furqoon:61]
Ada
 jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. 
Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan
 radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. 
Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang 
ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, 
dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan
 udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
 Sebaliknya,
 bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama 
milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) 
tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak 
bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu 
jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang 
Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena
 adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan 
tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika
 kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan 
itu ada.
Sebaliknya,
 bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama 
milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) 
tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak 
bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu 
jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang 
Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena
 adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan 
tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika
 kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan 
itu ada. “Dia-lah
 yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan 
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan 
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). 
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang 
mengetahui.” [Yunus:5]
“Dia-lah
 yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan 
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan 
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). 
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang 
mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah
 mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat 
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa 
Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar 
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan 
(mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
 atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar 
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan 
(mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
 atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar 
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan 
(mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
 atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar 
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan 
(mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
 “(yaitu)
 orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam 
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan 
bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini 
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa 
neraka.” [Ali Imron:191]
Terhadap
 manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah 
menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang 
menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta:
“Maka
 terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang 
menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59]
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?”  [Al Waaqi’ah:63-64]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72]
Di
 ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat 
jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan 
yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat 
dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi 
(beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali 
Allah:
“…Sesungguhnya
 segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan 
seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika 
lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
 kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah 
(pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73]
Sesungguhnya,
 masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menjelaskan bahwa 
sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah yang Maha Pencipta




 
 
 
 
 
 
 
 
4 comments:
1.Iman adalah penguatan dogma oleh batin, notasi psychominimlaisnya "(<<)'. Jika iman terpecah akan menyebabkan kemunafikan, notasinya "(<+<)'
2.Harus dibedakan antara agama dengan Tuhan. Tuhan adalah dogma untuk mengimbangi fikiran agar manusia dapat diatur/dikendalikan dengan Moralitas Agung (MoA) agar tidak berkeyakinan,berfikir dan berbuat semaunya. Keseimbangan dinamis antara fikiran dengan dogma "(><)" merupakan dasar Spiritual Religion atau Religious Spirituality (RS) sehingga alami dan universal.
3.Agama berdasar buku suci, sehingga setiap penganut agama memiliki iman yang berbeda-beda. Jika kita jujur menggunakan akal budi agama merupakan pengembangan dari Spiritual Religion, sayangnya dalam kenyataan setiap agama saling memperebutkan Tuhan atau sang pencipta Alam Semesta, hingga merasa paling benar, akibatnya menjadikan RS tidak lagi universal dan alami, terpecah belah menjadi agama.
4. Science adalah hasil akal manusia yang tidak diimbangi oleh batin hingga menolak dogma sebagai pengimbang fikiran. Science termasuk MS sehingga tidak termasuk dalam Spiritual. Spiritual "mempercayai" bahkan meyakini adanya yang melebihi kemampuan manusia, sehingga dapat dibedakan menjadi Nature Spirituality, Religious Spirituality dan Scientific Spirituality.
5. Teori Revolusi Som Wyn: Manusia adalah hasil revolusi microcosmos ( interaksi antara body yang tersusun dari energy (bagian dari macrocosmos) dengan soul (z) yang merupakan bagian dari non energy.
6.Teori Som Wyn: Microcosmos dapat dimengerti oleh manusia karena memiliki unsur energi sedangkan soul yang merupakan bagian dari non energy tidak mungkin dimengerti oleh kemampuan manusia, kecuali lewat dogma.
7.Teori Paralogika: Living organisme (termasukj manusia) merupakan bagian dari microcosmos: a. merupakan hasil interaksi vitalistik antara soul dengan organisme dan dinamakan Whiteblank Body (RB) dan b. merupakan hasil interaksi semi vitalistik antara spirit dengan organisme dan dinamakan Reincarnated Body (RB). Living organisme hanya terdapat dibagian Alam Semesta yang memiliki biofera yang memungkinkan terdapatkan living organisme baik WB maupun RB. Karena hidup dalam biofera maka living organisme mengalami bioritmik, kondisi sadar dan bawah sadar.
Bumi bagaikan debu di Alam Semesta namun sangat langka sebab memiliki biosfera sehingga memungkinkan ada dan terbentuknya living organisme.
Manusia adalah bagian dari living organisme: Ditinjau dari fisiknya/organismenya banyak kemiripan antara manusia dengan kera, bahkan simpansi memiliki 93 % penyusun organisme sama dengan manusia. Hal ini seharusnya tidak mengherankan jika kita menggunakan akal budi bukan dogma, sebab unsur fisik yang membangun living organisme berasal dari bumi, bukan dari surga. Namun soul atau spirit yang mengendalikan kera dan manusia jelas berbeda. Kera melakukan proses evolusi sesuai dengan Teori Evolusi Darwin sedangkan manusia adalah hasil revolusi living organisme sebagai yang dinyatakan oleh Teori Revolusi Som Wyn. Spirit manusia berasal dari galaksi lain yang peradabannya telah maju sehingga peradaban manusia dapat berkembang secara pesat walau termasuk penghuni bumi paling "muda" kemampuan otaknya/intelectualnya melebihi living organisme yang telah menghuni bumi sebelumnya.
8. Atheisme adalah perkembangan dari Science, bagian dari MS, yang mengelola materi sehingga sanggup menyajikan kenikmatan diniawi, berbeda dengan RS yang menjanjikan kebahagian abadi lewat dogma, bukan lewat akal budi manusia.
Mereka yang materialis seringkali melupakan janji Tuhan walau beragama, agama sekedar untuk "mencari selamat" kehidupan di bumi, bukan di akhirat. Seorang yang munafik dalam psychominimalis merupakan terpecahnya dogma dengan batin.
Subhanallah..Allahu Akbar
Apakah sama antara science dengan teori?...menerima teori tanpa adanya pengujian /pembuktian bukannya dogma?...
Apakah sama antara science dengan teori?...menerima teori tanpa adanya pengujian /pembuktian bukannya dogma?...
Post a Comment