Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

Thursday, 20 March 2014

Cara berpakaian untuk wanita muslimah

Cara berpakaian untuk wanita muslimah

Wednesday, 26 February 2014

Rencana Allah itu lebih baik

Adalah Rencana ALLAH SWT itu Lebih BAIK..
Saat Hati berkata " INGIN ", namun ALLAH SWT berkata"TUNGGU"
Saat AIR MATA harus Menetes, namun ALLAH SWT berkata"TERSENYUMLAH"
Saat segalanya terasa " MEMBOSANKAN ", namun ALLAH SWT berkata " TERUSLAH MELANGKAH "
Kita merancang, ALLAH pun juga Merancang..
Tetapi perancangan ALLAH SWT itu lebih baik.. :')

ALLAH menitipkan kelebihan di Setiap kekurangan
Menitipkan Kekuatan di setiap Kelemahan
Menitipkan Sukacita disetiap Dukacita
Menitipkan Harapan disetiap Keraguan
ALLAH SWT berjanji semua itu akan INDAH PADA WAKTUNYA.
sungguh..! ALLAH Maha Besar...,watawasaubil haq watawasaubisobr.salam

Dari : http://hikmahdanhikmah.blogspot.com/

Manfaatkanlah setiap tarikan nafasmu

Waktu adalah kehidupan.Dan penuntut ilmu adalah manusia yang paling rakus terhadap waktu.
Seorang yang menghabiskan waktunya dengan mengobrol,
kelalaian dan gosip bukanlah seorang yang alim.Bahkan,ia termasuk orang yang paling merugi.

(Sumber: menjadi pelajar berprestasi/sbuah pengalaman para ulama besar :kaifa tathlubu al-'ilma.)

Dari : http://hikmahdanhikmah.blogspot.com/

Wednesday, 16 October 2013

Al-Qur’an Sebagai OBAT

(Harian SOLOPOS, Jumat 27 September 2013). Banyaknya kasus pelanggaran hukum, merebaknya kema’shiyatan, maraknya pesta miras dan narkoba, seringnya terjadi bentrok antar kelompok menunjukkan bahwa bangsa ini sedang sakit.
Moral, akhlaq, jiwa, atau hati nurani bangsa ini sedang mengalami sakit parah dan belum ada pemimpin bangsa yang mampu menyembuhkannya. Ruwatan massal, kenduri nasional, dan dzikir akbar sudah dilakukan, tetapi tidak membawa perubahan.
Restrukturisasi lembaga legislatif, desentralisasi lembaga eksekutif, dan revitalisasi lembaga yudikatif sudah dilakukan, tetapi hasilnya masih sama saja. Akademisi brilian, kritikus vokal, dan politikus handal yang terlibat dalam pemerintahan belum mampu mengatasi persoalan.
Mereka terjebak dalam persoalan yang sama, yakni salah sasaran dalam melakukan perbaikan.
Bukanlah sistem pemerintahan, manajemen keuangan, atau pemberdayaan sumber alam yang memerlukan perbaikan, tetapi hati nurani manusia yang mengelolanya.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Ketahuilah, bahwa dalam setiap tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka baik pulalah seluruh badannya, namun jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati.” [HR Muslim]
Artinya pikiran, ucapan dan perbuatan manusia itu akan baik, bila hatinya baik. Maka untuk menghindarkan negeri ini dari keterpurukan, yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kembali hati bangsa Indonesia.
Menyembuhkan hati mereka dari berbagai macam penyakit yang bersarang di dalamnya, sehingga bisa dimanfaatkan kembali untuk menumbuhkan taqwa. Sedang obat penyakit hati itu adalah Al-Qur’an.
Seperti firman Allah dalam QS Yunus : 57

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

 ”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Al-Qur’an adalah firman Allah, sekaligus merupakan perkataan yang terbaik. Siapapun yang mengikuti Al-Qur’an, maka dia akan menjadi orang yang baik.
Qur’an mengajar manusia untuk qana’ah, maka orang yang mengikuti Al-Qur’an tidak akan serakah, dirinya terhindar dari berbagai tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme, sehingga berbagai kejahatan ekonomi bisa diatasi.
Qur’an mengajar manusia untuk suka bersedeqah, maka orang yang mengikuti Al-Qur’an akan lebih suka memberi dari pada diberi, kedermawanan merebak dimana-mana, sehingga persoalan kemiskinan bisa diatasi.
Qur’an mengajar manusia untuk mensyukuri nikmat persatuan dan persaudaraan, serta melarang perselisihan dan pecah belah, maka orang yang mengikuti Al-Qur’an akan bersatu, bersaudara, tidak berselisih, apalagi berpecah belah. Sehingga persoalan perkelahian antar pemuda, perang antar suku, bentrok antara aparat dan sejenisnya bisa diatasi.
Qur’an mengajarkan semua manusia bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing di hadapan Allah, tidak kepada DPR atau rakyat, karena anggota DPR bisa disuap dan rakyat bisa dibohongi. Maka para pemimpin yang mengikuti Al-Qur’an akan menjadi pemimpin yang kredibel dan akuntabel, sehingga persoalan pemimpin yang suka obral janji tanpa bukti bisa diatasi.
Qur’an mengajarkan bahwa memelihara nyawa satu orang sama dengan memelihara nyawa manusia seluruhnya. Maka orang yang mengikuti Al-Qur’an akan menghormati nyawa orang lain, sehingga persoalan mutilasi, pembunuhan berantai, dan penganiayaan bisa diatasi. Tidak ada persoalan yang tidak bisa diatasi dengan Al-Qur’an.
Umar bin Khaththab yang pernah mengubur anak perempuannya hidup-hiduppun menjadi manusia yang berhati mulia dengan Qur’an.
Begitu pula dengan bangsa Indonesia, bangsa ini akan bangkit dan berjaya bila menjadikan Al-Qur’an sebagai solusi, sebagai obat penyakit yang dideritanya. Semoga Allah memberi kemudahan bangsa ini untuk bangkit dan berjaya dengan Al-Qur’an, aamiin ya rabbal’alamiin. ***
Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Pimpinan Pusat Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA)

Monday, 7 October 2013

QIRA'AT 'ASHIM RIWAYAT HAFS DI DUNIA ISLAM

KEMASYHURAN QIRA'AT 'ASHIM RIWAYAT HAFS DI DUNIA ISLAM

Oleh : Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad, MA[1] Dalam Ilmu Qira’at ada sepuluh Imam Qira’at yang sangat masyhur, bacaan mereka disepakati oleh Ulama Qira’at sebagai bacaan yang mutawatir, artinya bacaan yang betul-betul asli berasal dari nabi Muhammad dari malaikat Jibril dari Allah. Sepuluh Imam Qira’aat tersebut ialah : 1. Nafi’ bin Abi Nu’aim al-Ashbihani. 2. Ibn Katsir, Abdullah bin Katsir al-Makki. 3. Abu ‘Amr , Zaban bin al-‘Ala’. 4. Ibn ‘Amir Abdullah bin ‘Amir as-Syami. 5. ’Ashim bin Abi an-Najud. 6. Hamzah bin Habib az-Zayyat. 7. Kisa’I, Ali bin Hamzah. 8. Abu Ja’far, Yazid bin al-Qa’qa’. 9. Ya’qub al-Hadlrami dan 10. Khalaf al-bazzar (al-Bazzaz). Setiap Imam tersebut mempunyai banyak murid. Di antara mereka ada murid kenamaan yang sangat mahir meriwayatkan bacaan Al-Qur’an dari imam-imam mereka atau murid-muridnya. Dalam perjalanan waktu, dan karena seleksi ilmiah dan alamiah, muncul nama-nama yang akhirnya dijadikan sebagai referensi yang sangat valid dan sangat dipercaya sebagai bacaan yang merefleksikan bacaan Imam-Imam qira’at sebagaimana di atas. Mereka yang disebut sebagai para perawi dari Imam-Imam sepuluh adalah : 1. Nafi’ kedua perawinya : Qalun dan Warsy. 2. Ibn Katsir : al-Bazzi dan Qunbul. 3. Abu ‘Amr : ad-Duri dan as-Susi. 4. Ibn ‘Amir : Hisyam dan Ibn Dzakwan. 5. ‘Ashim: Syu’bah dan Hafsh. 6. Hamzah : Khalaf dan Khallad. 7. Al-Kisa’I : Abu al-Harits dan ad-Duri al-Kisa’i. 8. Abu Ja’far : Ibn Jammaz dan Ibn Wardan. 9. Ya’qub : Rauh dan Ruwais. 10. Khalaf : Ishaq dan Idris. Yang akan kita bicarakan disini adalah Imam Hafsh perawi utama Imam ‘Ashim. Riwayat Hidup Imam Hafsh. Namanya Hafsh bin Sulaiman bin al-Mughirah, Abu Umar bin Abi Dawud al-Asadi al-Kufi al-Ghadliri al-Bazzaz. Beliau lahir pada tahun 90 H. Pada masa mudanya beliau belajar langsung kepada Imam ‘Ashim yang juga menjadi bapak tirinya sendiri. Hafsh tidak cukup mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali tapi dia mengkhatamkan Al-Qur’an hingga beberapa kali, sehingga Hafsh sangat mahir dengan Qira’at ‘Ashim. Sangatlah beralasan jika Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa : “riwayat yang sahih dari Imam ‘Ashim adalah riwayatnya Hafsh”. Abu Hasyim ar-Rifa’I juga mengatakan bahwa Hafsh adalah orang yang paling mengetahui bacaan Imam ‘Ashim. Imam adz-Dzahabi memberikan penilaian yang sama bahwa dalam penguasaan materi Qira’at, Hafsh adalah merupakan seorang yang tsiqah (terpercaya) dan tsabt (mantap). Sebenarnya Imam ‘Ashim juga mempunyai murid-murid kenamaan lainnya, salah satu dari mereka yang akhirnya menjadi perawi yang masyhur adalah Syu’bah Abu bakar bin al-‘Ayyasy. Hanya saja para ulama lebih banyak mengunggulkan Hafsh daripada Syu’bah. Imam Ibn al-Jazari dalam kitabnya “Ghayah an-Nihayah fi Thabaqat al-Qurra’ ” tidak menyebutkan guru-guru Hafsh kecuali Imam ‘Ashim saja. Sementara murid-murid beliau tidak terhitung banyaknya, mengingat beliau mengajarkan Al-Qur’an dalam rentang waktu yang demikian lama. Di antara murid-murid Hafsh adalah : Husein bin Muhammad al-Murudzi, Hamzah bin Qasim al-Ahwal, Sulaiman bin Dawud az-Zahrani, Hamd bin Abi Utsman ad-Daqqaq, al-‘Abbas bin al-Fadl ash-Shaffar, Abdurrahman bin Muhamad bin Waqid, Muhammad bin al-fadl Zarqan, ‘Amr bin ash-Shabbah, Ubaid bin ash-Shabbah, Hubairah bin Muhammad at-Tammar, Abu Syu’aib al-Qawwas, al-Fadl bin Yahya bin Syahi, al-Husain bin Ali al-Ju’fi, Ahmad bin Jubair al-Inthaqi dan lain-lain. Hafsh memang seorang yang menghabiskan umurnya untuk berkhidmah kepada Al-Qur’an. Setelah puas menimba ilmu Qira’at kepada Imam ‘Ashim, beliau berkelana ke beberapa negeri antara lain Baghdad yang merupakan Ibukota negara pada saat itu. Kemudian dilanjutkan pergi menuju ke Mekah. Pada kedua tempat tersebut, Hafsh mendarmabaktikan ilmunya dengan mengajarkan ilmu Qira’at khususnya riwayat ‘Ashim kepada penduduk kedua negeri tersebut. Bisa dibayangkan berapa jumlah murid di kedua tempat itu yang menimba ilmu dari beliau. Jika kemudian riwayat Hafsh bisa melebar ke seantero negeri, hal tersebut tidaklah aneh mengingat kedua negeri tersebut adalah pusat keislaman pada saat itu. Sanad Bacaan Hafsh. Sanad ( runtutan periwayatan) Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim berujung kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sementara bacaan Syu’bah bermuara kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud. Hal tersebut dikemukakan sendiri oleh Hafsh ketika beliau mengemukakan kepada Imam ‘Ashim, kenapa bacaan Syu’bah banyak berbeda dengan bacaannya ? padahal keduanya berguru kepada Imam yang sama yaitu ‘Ashim. Lalu ‘Ashim menceritakan tentang runtutan sanad kedua rawi tersebut. Runtutan riwayat Hafsh adalah demikian: Hafsh - ‘Ashim - Abu Abdurrahman as-Sulami- Ali bin Abi Thalib. Sementara runtutan periwayatan Syu’bah adalah demikian: Syu’bah- Ashim- Zirr bin Hubaisy-Abdullah bin Mas’ud. Penyebaran Qira’at di Negeri-Negeri Islam. Pada saat ini Qira’at yang masih hidup di tengah-tengah umat Islam di seluruh dunia tinggal beberapa saja, yaitu : 1. Bacaan Imam Nafi’ melalui riwayat Qalun masih digunakan oleh masyarakat Libia dan Tunisia pada umumnya. Sementara riwayat Warsy masih digunakan oleh masyarakat di Afrika Utara (al-Maghrib al-‘Arabi) seperti Aljazair, Maroko, Mauritania. Sedangkan masyarakat di Sudan masih menggunakan empat riwayat yaitu : Qalun, Warsy, ad-Duri Abu ‘Amr, dan Hafsh. 2. Bacaan riwayat ad-Duri Abu ‘Amr masih banyak digunakan oleh kaum Muslimin di Somalia, Sudan, Chad, Nigeria, dan Afrika tengah secara umum. Pada waktu-waktu yang lalu riwayat ad-Duri juga digunakan oleh orang Yaman. Hal itu terbukti bahwa Tafsir Fath al-Qadir karya asy-Syaukani tulisan Al-Qur’annya mengikuti riwayat ad-Duri. Adanya riwayat ad-Duri di Yaman barangkali rembesan dari Sudan. Mengingat hubungan kedua negera tersebut telah terjalin sejak dahulu. 3. Bacaan Al-Qur’an riwayat Hafsh dari ‘Ashim adalah bacaan yang paling banyak tersebar di seantero dunia Islam. Mengingat masih hidupnya beberapa bacaan melalui riwayat tersebut di atas, pemerintah Saudi Arabia melalui Mujamma’ Malik Fahd bin Abdul Aziz, telah mencetak beberapa Mushaf Al-Qur’an dengan lima riwayat yaitu : Hafsh, Qalun, Warsy, ad-Duri dan terakhir adalah Syu’bah. Latar Belakang Penyebaran Qira’at di Dunia Islam. Sebagaimana diketahui bahwa pada masa sahabat Umar bin Khaththab, banyak negeri-negeri di Irak dan Syam jatuh ke tangan kaum Muslimin. Banyak permintaan dari kaum Muslimin di negeri-negeri tersebut kepada sahabat Umar agar mengirimkan guru-guru Al-Qur’an ke negeri-negeri mereka. Maka sahabat Umar mengirimkan beberapa utusannya, antara lain adalah sahabat Ibnu Mas’ud diutus ke Kufah, Abu Musa al-Asy’ari diutus ke Basrah, Abu ad-Darda’ diutus ke Syam (Syiria). Bacaan mereka itulah yang akhirnya menyebar ke negeri negeri tersebut. Pada masa sahabat Usman, terutama setelah penulisan ulang mushaf Al-Qur’an, sahabat Usman mengirimkan beberapa guru Al-Qur’an bersama dengan mushaf yang baru saja ditulis ke negeri-negeri Basrah, Kufah, dan Syam. Penduduk negeri-negeri tersebut berseteru tentang bacaan Al-Qur’an mereka pada saat perang di Azerbaijan dan Armenia di Uni Soviet. Pada saat itu sahabat Usman mengutus al-Mughirah bin Abi Syihab al-Makhzumi ke Syam. Dari Syam lalu muncul seorang Qari’ terkenal yaitu Ibn ‘Amir. Ibn al-Jazari mengatakan bahwa bacaan penduduk negeri Syam sampai pada tahun 500 H, menggunakan Qira’at Ibn ‘Amir. Adapun di negeri Basrah di Iraq setelah masa Abu Musa al-Asy’ari muncullah beberapa Imam Qira’at. Di antara mereka adalah Imam Abu ‘Amr al-Bashri dan Ya’qub al-Hadlrami. Sampai pada tahun 200 H, masyarakat Basrah masih menggunakan Qira’at Abu ‘Amr al-Bashri. Kemudian mereka beralih ke Qira’at Ya’qub al-Hadlrami sampai abad ke 5 H sebelum akhirnya beralih ke riwayat Hafsh pada masa Turki Usmani. Sementara di negeri Kufah dimana Abdullah bin Mas’ud dikirim untuk mereka, muncul banyak ahli Qira’at. Di antara mereka adalah Imam ‘Ashim. Lalu Imam ‘Ashim sebagaimana diutarakan di atas mengajarkan kepada murid-muridnya antara lain Hafsh dan Syu’bah. Keterkaitan penduduk Kufah dengan Abdullah bin Mas’ud dan Ali bin Abi Thalib adalah sesuatu yang sangat wajar. Penduduk Kufah dalam sejarah perpolitikan adalah pengikut setia (syi’ah) Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Ibn Mas’ud adalah orang pertama yang mengajarkan bacaan Al-Qur’an kepada penduduk Kufah. Sehingga mereka bangga dengan Ibn Mas’ud. Disamping bacaan Imam ‘Ashim, di Kufah juga tersebar bacaan Imam Hamzah, perawi Hamzah al-Kisa’i dan Khalaf. Tentang tersebarnya bacaan Hamzah, Ibn Mujahid berkata dalam kitabnya as-Sab’ah, ketika mengutip perkataan Muhammad bin al-Haitsam al-Muqri : ) أدركت الكوفة ومسجدها الغالب عليه قراءة حمزة , ولا أعلمنى أدركت حلقة من حلق المسجد يقرءون بقراءة عاصم ) Artinya : aku menjumpai penduduk Kufah, bacaan yang dibaca di masjid-masjid mereka adalah bacaan Hamzah. Aku tidak menjumpai beberapa kelompok pengajian Al-Qur’an di masjid-masjid Kufah dengan bacaan Imam ‘Ashim. Akan halnya bacaan al-Kisa’i, dalam banyak hal banyak persamaannya dengan bacaan Imam Hamzah terutama dalam bab Imalah. Ibn Mujahid dalam kitabnya “as-Sab’ah” yang ditulis sekitar tahun 300 H menjelaskan, bahwa bacaan Al-Qur’an pada negeri-negeri Islam adalah sebagai berikut : di Mekah dengan bacaan Ibn Katsir, di Madinah dengan bacaan Nafi’, di Basrah dengan bacaan Abu ‘Amr al-Bashri. Sementara di Kufah dengan bacaan ‘Ashim, Hamzah dan al-Kisa’i. Sementara itu Imam Makki al-Qaisi (w. 437 H) berkata tentang bacaan penduduk negeri-negeri Islam pada masa lalu: ) وكان الناس على رأس المائتين بالبصرة على قراء ة أبى عمرو البصرى ويعقوب الحضرمى , وعلى أهل الكوفة قراءة حمزة وعاصم , وبالشام على قراءة ابن عامر , وبمكة على قراءة ابن كثير , وبالمدينة على قراءة نافع , واستمروا على ذلك . فلما كان على رأس الثلاث مئة اثبت ابن مجاهاد اسم الكسائى وحذف يعقوب ) Artinya : pada permulaan tahun 200 H, masyarakat di Basrah mengikuti bacaan Abu ‘Amr al-Basri dan Ya’qub. Di Kufah mengikuti bacaan Hamzah dan ‘Ashim. Di Syam mengikuti bacaan Ibn ‘Amir. Di Madinah mengikuti bacaan Nafi’. Kemudian pada penghujung tahun 300 H, Ibn Mujahid memasang nama al-Kisa’i dan mengganti Ya’qub. Tersebarnya Riwayat Hafsh. Banyak dibicarakan oleh komunitas Al-Qur’an baik di dunia Arab atau lainnya tentang penyebab tersebarnya riwayat Hafsh di dunia Islam. Sebagian kalangan mengatakan bahwa pemerintahan Turki Usmani (sekitar 922 H/1516 M) mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam hal ini, yaitu melalui kekuatan politik kekuasaan. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintahan Turki Usmani pada saat mencetak mushaf, mereka memilih bacaan riwayat Hafsh. Lalu mereka kembangkan bacaan riwayat ini ke seluruh negeri. Namun pendapat ini dibantah oleh Ghanim Qadduri al-Hamd. Dia mengatakan bahwa riwayat Hafsh sebenarnya telah menyebar di beberapa tempat. Kemudian Ghanim menyebutkan perkataan Abu Hayyan dalam tafsirnya “al-Bahr al-Muhith”: tentang riwayat Warsy dan ‘Ashim : ( وهى (رواية ورش ) الرواية التى تنشأ عنها ببلادنا ( الأندلس ) ونتعلمها فى المكتب . وقال عن قراءة عاصم : وهى القراءة التى ينشأ عليها أهل العراق ) ( البحر 115/1) Ghanim kemudian merujuk kepada perkataan Muhammad al-Mar’asyi yang hidup pada abad ke 12 H (w. 1150 H) yang disebut juga dengan Savhaqli Zadah: ( والمأخوذ فى ديارنا ( عش مدينة فى جنوب تركيا الآن ) قراءة عاصم برواية حفص عنه ) Artinya : yang dijadikan patokan di negeri kami (Turki) adalah bacaan ‘Ashim riwayat Hafsh. Dalam pandangan penulis ada beberapa penyebab tentang menyebarnya riwayat Hafsh. Ada yang berupa faktor alamiah yaitu riwayat tersebut mengalir dan menyebar dengan sendirinya seperti mengalirnya air sebagaimana juga tersebarnya madzhab-madzhab fikih, dan ada juga faktor ilmiah yaitu dilihat dari materi bacaan Hafsh itu sendiri. Secara garis besar bisa penulis rangkum sebagai berikut : 1.Jika dilihat dari segi materi ilmiah, maka riwayat Hafsh adalah riwayat yang relatif mudah dibaca bagi orang yang non Arab mengingat beberapa hal : Pertama : tidak banyak bacaan Imalah, kecuali pada kata : (مجراها ) pada surah Hud. Hal ini berbeda dengan bacaan Syu’bah, Hamzah, al-Kisa’i, Abu ‘Amr dan Warsy yang banyak membaca Imalah. Kedua : tidak ada bacaan Shilah Mim Jama’ sebagaimana apa yang kita lihat pada bacaan Qalun dan Warsy. Bacaan Shilah membutuhkan kecermatan bagi pembaca, mengingat bacaan ini tidak ada tanda tertulisnya. Ketiga : Dalam membaca Mad Muttashil dan Munfashil, bacaan riwayat Hafsh terutama thariq Syathibiyyah tidak terlalu panjang sebagaimana bacaan Warsy dan Hamzah yang membutuhkan nafas yang panjang. Bahkan dalam thariq Thayyibah, yaitu yang melalui jalur ‘Amr bin ash-Shabbah thariq Zar’an dan al-Fil bacaan Hafsh dalam Mad Munfashil bisa Qashr (2 harakat). Keempat : dalam membaca Hamzah baik yang bertemu dalam satu kalimah atau pada dua kalimah, baik berharakat atau sukun, riwayat Hafsh cenderung membaca tahqiq yaitu membaca dengan tegas (syiddah) dengan tekanan suara dan nafas yang kuat, sehingga terkesan kasar. Hal ini berbeda dengan bacaan Nafi’ melalui riwayat Warsy, Qalun. Bacaan Abu ‘Amr melalui riwayat ad-Duri dan as-Susi. Bacaan Ibn Katsir melalui riwayat al-Bazzi dan Qunbul yang banyak merubah bacaan Hamzah menjadi bacaan yang lunak. Contohnya adalah pada Hamzah sakinah atau jika ada dua Hamzah bertemu dalam satu kalimah atau dua kalimah. Imam Hafsh mempunyai bacaan tashil baina baina hanya pada satu tempat saja yaitu pada kalimat : ( ءأعجمى ) pada surah Fushshilat : 44. Kelima : Hafsh mempunyai bacaan Isymam hanya pada satu tempat yaitu pada kata : ( لا تأمنا ) sebagaimana juga bacaan imam lainnya selain Abu Ja’far. Keenam: Hafsh mempunyai bacaan Mad Shilah Qashirah hanya pada kalimat : ويخلد فيه مهانا ) ) pada surah al-Furqan: 69. Hal ini berbeda dengan bacaan Ibn Katsir yang banyak membaca Shilah Ha’ Kinayah. 2.Jika dilihat dari awal kemunculan bacaan ‘Ashim yaitu di Kufah atau Iraq, secara politis, negeri Kufah (Iraq) adalah negerinya pengikut Ali (Syi’ah). Bacaan Hafsh juga bermuara kepada sahabat Ali. Kemudian Negeri Baghdad, dimana Hafsh pernah mengajar disini, adalah Ibukota negara (Abbasiyyah) pada masa itu, pusat kegiatan ilmiah, sehingga penyebarannya relatif lebih mudah. Jika kemudian Hafsh bermukim di Mekah kiblat kaum Muslimin yang banyak dihuni mukimin dari berbagai penjuru dunia dan mengajar Al-Qur’an di sini, maka bisa dibayangkan pengaruh bacaannya. Penulis juga melihat adanya hubungan yang cukup signifikan antara madzhab fikih dan Qira’at. Sebagai contoh: riwayat Warsy adalah riwayat yang banyak diikuti oleh masyarakat di Afrika Utara. Di sana madzhab fikih yang banyak dianut adalah madzhab Maliki. Masa hidup Imam Malik adalah sama dengan masa hidup Imam Nafi’. Keduanya di Madinah. Bisa jadi pada saat masyarakat Afrika Utara berkunjung ke Madinah untuk haji atau lainnya, mereka belajar fikih kepada Imam Malik dan belajar Qira’atnya kepada Imam Nafi’. Kita tahu bahwa Hafsh pernah bermukim dan mengajar Al-Qur’an di Mekah. Imam Syafi’i juga hidup di Mekah. Boleh jadi pada saat hidupnya kedua Imam tersebut kaum Muslimin memilih madzhab kedua Imam tersebut. Kemudian jika kita melihat sanad bacaan riwayat Hafsh pada guru-guru dari Indonesia, semisal sanad Kiai Munawwir Krapyak, akan kita jumpai banyak ulama madzhab Syafi’i pada sanad tersebut, seperti Zakariyya al-Anshari dan lain sebagainya. 3.Hafsh mempunyai jam mengajar yang demikian lama, sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-Jazari sehingga murid-muridnya bertebaran di berbagai tempat. Hal ini berbeda dengan Syu’bah yang tidak begitu lama mengajar. 4.Hafsh dianggap sebagai perawi Imam ‘Ashim yang demikian piawai dan menguasai terhadap bacaan gurunya. Sebagaimana diketahui Hafsh adalah murid yang sangat setia pada ‘Ashim. Mengulang bacaan berkali-kali, dan menyebarkan bacaan ‘Ashim di beberapa negeri dalam rentang waktu yang demikian lama. Makki al-Qaisi menyebutkan bahwa ‘Ashim mempunyai kefashihan membaca yang tinggi, validitas sanadnya juga sangat kuat dan para perawinya juga tsiqah (sangat dipercaya). 5.Ghanim Qadduri al-Hamd menyebutkan bahwa mushaf pertama yang di cetak di Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M/1106 H, diharakati dengan bacaan Hafsh yang ada di perpustakaan-perpustakaan di beberapa negeri Islam. Hal ini mempunyai banyak pengaruh pada masyarakat, dimana mereka menginginkan adanya mushaf yang sudah dicetak. Para penerbit mushaf di Hamburg sudah tentu melihat terlebih dahulu kecenderungan masyarakat Islam pada saat itu. Bahkan Blacher, seorang orientalis yang cukup terkemuka dalam bidang studi Al-Qur’an pernah mengatakan : ( ان الجماعة الاسلامية لن تعترف فى المستقبل الا بقراءة حفص عن عاصم ) artinya : kaum Muslimin pada masa yang akan datang tidak akan menggunakan bacaan Al-Qur’an kecuali dengan riwayat Hafsh dari ‘Ashim. Pernyataan Blacher yang pasti didahului oleh pengamatan yang seksama, jelas menggambarkan kecenderungan masyarakat di dunia Islam pada saat itu dan pada masa yang akan datang sehingga dia bisa memastikan hal tersebut. 6.Ghanim Qadduri juga menyebutkan dengan melansir dari kitab “Tarikh Al-Qur’an” karya Muhammad Thahir Kurdi, bahwa penulis mushaf yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Turki Usmani, adalah al-Hafizh Usman (w. 1110 H). Penulis ini sepanjang hidupnya telah menulis mushaf dengan tangannya sendiri, sebanyak 25 mushaf. Dari mushaf yang diterbitkan inilah riwayat Hafsh menyebar ke seantero negeri. Penulis melihat bagaimana hubungan antara keahlian menulis mushaf dengan khat yang indah bisa menjadi unsur yang cukup signifikan dalam penyebaran satu riwayat. Jika kemudian pemerintah Turki Usmani mencetak mushaf sendiri, dan menyebarkannya ke seantero negeri kekuasaannya, maka hal itu akan menambah pesatnya riwayat Hafsh. Dari sini penulis melihat adanya hubungan antara kekuasaan politik dengan penyebaran satu ideologi tertentu. 7.Peranan para qari’, guru, imam salat, dan radio, kaset, televisi, juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran riwayat Hafsh. Kita tahu bahwa rekaman suara pertama di dunia Islam adalah suaranya Mahmud Khalil al-Hushari atas inisiatif dari Labib Sa’id sebagaimana diceritakannya sendiri pada kitabnya “ al-Mushaf al-Murattal atau al-Jam’ash Shauti al-Awwal” rekaman ini dengan riwayat Hafsh thariq asy-Syathibiyyah. Suara yang bagus melalui teknologi yang canggih ikut memengaruhi satu bacaan. 8.Lebih dari penyebab lahiriah dari penyebaran riwayat Hafsh, kita tidak boleh melupakan adanya penyebab “maknawiyyah” atau faktor “berkah” atau bisa kita katakan faktor “x” pada diri Hafsh. Unsur-unsur spiritual seperti kesalehan, keikhlasan, ketekunan, pengorbanan Hafsh dalam mengabdi kepada Al-Qur’an ikut menjadi penyebab tersebarnya satu riwayat bahkan madzhab fikih atau lainnya. Penutup. Riwayat Hafsh telah menjadi femomena tersendiri dalam penyebaran satu riwayat dalam Qira’at. Riwayat Hafsh akan terus melebar dan menyebar ke seantero dunia, bahkan ke negeri-negeri yang menggunakan riwayat lain seperti Warsy, Qalun, ad-Duri dan lain-lainnya, sesuai dengan hukum kemasyarakatan. Dengan semakin menyebarnya riwayat ini, kedudukan Al-Qur’an menjadi semakin kokoh, keorisinilan bacaan Al-Qur’an dan mushaf Al-Qur’an menjadi semakin meyakinkan. Meredupnya riwayat lain bukan berarti meredupnya kemutawatiran satu bacaan. Bacaan-bacaan tersebut masih tetap mutawatir karena telah diakui oleh para imam-imam Qira’at terdahulu. Nabi sendiri tidak mewajibkan membaca Al-Qur’an dengan seluruh macam bacaan yang pernah diajarkannya kepada para sahabat-sahabatnya. Tapi Nabi hanya menyuruh para sahabatnya untuk membaca bacaan yang mudah baginya. Dengan demikian Al-Qur’an akan tetap terjaga kemurniannya sampai akhir zaman nanti. Itu pertanda bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah 
 
Sumber : http://kemalasan-kemalasan.blogspot.com

Saturday, 3 August 2013

Larangan Bersikap Sombong dalam al-Qur’an


Sahabat, banyak orang mengalami kesulitan untuk menjadi orang yang rendah hati. Lebih mudah orang mengagung-agungkan dirinya. Lebih mudah orang membusungkan dadanya daripada harus dengan rendah hati mau melayani sesamanya. Orang merasa bahwa dirinya mempunyai gengsi yang begitu tinggi.

Kisah di atas menunjukkan kepada kita bahwa kerendahan hati itu mendatangkan buah-buah kebaikan bagi kehidupan. Kerendahan hati itu menumbuhkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan. Kerendahan hati tidak membuat seseorang terpuruk dalam hidupnya. Justru orang mempraktekan ajaran agamanya dengan mengulurkan tangan bagi yang membutuhkan.

Karena itu, yang dibutuhkan dari orang-orang yang hidup di zaman sekarang ini adalah memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu tanpa pamrih. Banyak orang melakukan suatu pekerjaan karena terpaksa. Orang tidak sampai pada usaha untuk mencintai apa yang dikerjakannya. Nah, sering orang terjebak dalam situasi seperti ini. Akibatnya, mereka gagal dalam banyak hal.

Mari kita berusaha untuk senantiasa rendah hati. Dengan demikian, kita mampu melakukan hal-hal yang spektakuler dengan penuh kasih. Kita lakukan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama dengan tanpa pamrih.

Larangan Bersikap Sombong dalam al-Qur’an

Al-Qur’an melarang manusia untuk bersikap sombong dan amat menganjurkan mereka untuk bersikap rendah hati. Larangan ini di antaranya terdapat dalam kumpulan ayat yang menceritakan tentang nasihat Luqmān al-Hakīm kepada anaknya, iaitu terdapat dalam surah al-Isrā’, 17: 37-38, yang ertinya: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, kerana sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.”

Wednesday, 26 June 2013

Mengenal lebih dekat dengan Mishary bin Rashed Al-Afasy


Mengenal lebih dekat dengan Mishary bin Rashed Al-Afasy. Bagi sahabat-sahabat yang rutin menyimak tilawah/murottal Al-Quran terutama dari para Imam-Imam Mesjid Timur Tengah tentunya sudah tidak asing lagi dengan nama qari Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy.

Dan untuk lebih mengenal sedikit tentang beliau, berikut sekilas Biografi singkat dari sosok Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy.

Sheikh Mishary bin Rashid Al-Afasy Mishary Rashid Ghareeb atau Mohammed Rashed Al-Afasy adalah Qari Kuwait internasional baru, ia lahir di Kuwait pada 5 September 1976 (Minggu 11 Ramadhan 1396 H).

Ia belajar Quran di College of the Holly Quran dan Studi Islam di Universitas Islam Madinah (Kerajaan Arab Saudi), dalam spesialisasi 'sepuluh bacaan dan terjemahan Al-Qur'an ". Dia telah belajar qiro'ah Quran kepada Sheikh Ahmed Abdulaziz Al-Zaiat, Syekh Ibrahim Ali Shahata Al-Samanodei, dan Cheikh Abdurarea Radwan. Dia terkesan sejumlah ulama besar Quran.

Sebenarnya Sheikh Mishary Al Afasy, dia Imam Masjid Al-Kabir (Grand Masjid) di Kuwait City, dan setiap Ramadhan ia menjadi imam Sholat Tarawih di Masjid ini.

Baru-baru ini, Sheikh bin Mishary Rashed Al-Afasy telah mengunjungi dua masjid di Amerika Serikat: Islamic Center of Irvine (ICOI) di California dan Islamic Center di Detroit (ICD) di Michigan.

Al Afasy memiliki 2 Ruang Saluran khusus dalam membaca Al-Quran, yang pertama adalah Alafasy TV dan Alafasy Q.

Syekh Alafasy menikah dan memiliki dua anak perempuan. Dia juga dijuluki Abu Nora.

Monday, 11 March 2013

MAKHROJ DAN SIFATUL KHURUF




                                                         I. MAKHORIJUL HURUF

No
Makhroj
Yaitu huruf- huruf
1
JAUF/ Rongga Tenggorokan
Huruf MAD dan LIIN
2
A.Bagian terjauh  tenggorokan
 ﺃﻗﺼﻰ ﺍﻟﺤﻟﻕ

B.Bagian tengah  tenggorokan
ﻮﺴﻄ ﺍﻟﺤﻟﻕ

C.Bagian terdekat  tenggorokan
ﺃﺪﻨﻰﺍﺤﻟﻕ
ﻫ - ﺀ

ﻉ - ﺡ

ﻍ - ﺥ

3
Pangkal lidah dan yang bersesuaian dengan langit- langit atas.         أقصى اللسان وما يحاذيه من الحنك الأعلى           
4
Pangkal lidah dengan posisi lebih dekat/kedepan dari huruf QOF              أقصى اللسان أسفل من القاف                          
5
Dibawah bagian tengah lidah dan yang bertepatan dengan langit- langit.    تحت وسط اللسان وما يحاذيه من الحنك الأعلى                                                         
ﺝ - ﺶ - ﻱ
6
Salah satu pinggir lidah (atau keduanya) dan yang bertepatan dengan gusi geraham      إحدى حافتي اللسان وما   يليها من الأضراس                                                   
7
Awal /ujung salah satu pinggir lidah  أول إحدى حافتي      اللسان                                                                 
8
Ujung lidah sedikit dibawah /dibelakang huruf LAM.
   طرف اللسان تحت اللام قليلا                                       
9
Berdekatan dengan makhrojnya huruf NUN dan masuk pada punggung  lidah      .      يقارب مخرج النون
                                                  وادخل في  ظهر اللسان
10
Diatas ujung lidah dan pangkal dua gigi seri atas
فوق اللسان وأصول الثنيتين العليتين                               
ﻁ - ﺖ - ﺪ
11
Ujung lidah dan sedikit diatas gigi seri atas
 طرف اللسان وفوق الثنيتين العليتين                                
ﺺ - ﺱ - ﺯ
12
Ujung lidah dan ujung gigi seri atas.
 طرف اللسان وطرف الثنيتين العليتين                              
ﻇ - ﺫ - ﺚ
13
Bagian dalam bibir bawah dan ujung gigi seri atas.    
  بطن الشفة وطرف الثنيتين العليتين                                      
14
Diantara dua bibir atas bawah                 بين الشفتين                    
ﻭ - ﺐ - ﻡ
15
Rongga hidung.                                          الحيشوم                                            
ﺤﺮﻑﺍﻟﻐﻨﺔ

Penting!

1. Seseorang tak akan bisa mencapai derajat TARTIL dan FASOKHAH dalam membaca Alqur’an bila makhroj dan Sifatul Khuruf setiap huruf  yang diucapkannya belum sesuai dengan Luhun Al- Arob/ Bahasa AlQur’an yang sesuai dengan yang dicontohkan baginda Nabi SAW.

2. Dari sejak awal, anak- anak harus diajarkan Huruf Hijaiyah (A-Ba-Ta) dengan Makhroj dan Sifat  (dan juga MAD!) yang benar. Pembiaran kesalahan pengucapan dari kecil akan terbawa dan sulit dihilangkan ketika sudah besar nanti. (Kecuali huruf Ro, ini akan berkembang sesuai umur).

3. Guru- guru Qiro'ati atau Iqro' atau methode lainnya untuk jilid awal harus dipilihkan dari guru terpandai dalam soal Makhroj dan Sifatul Khuruf serta pengucapannya. Kesalahan fatal (dan ini banyak sekali terjadi)  adalah bila menganggap remeh Pengajaran Pengucapan Huruf Hijaiyah (jilid awal) dengan menyerahkannya kepada guru yang tidak menguasai Makhroj dan Sifatul Khuruf yang benar.

                                                                  II.  SIFATUL KHURUF

Sifatul khuruf adalah karakter sebuah huruf, apakah sebuah huruf bernuansa tebal atau tipis, dengung atau tidak, keluar nafas atau tidak, dan sebagainya.
Seperti misalnya huruf kha dan kĥo. Dua- duanya memiliki tempat keluar suara (makhroj) yang sama namun berbeda sifat. Tanpa membedakan sifatnya, arti dan maknanya bisa rancu, seperti misalnya pada lafadh:

ﻤﺧﺭﺠﺎ artinya = jalan keluar.

ﻤﺤﺮﺠﺎ artinya = tempat yang membingungkan..

ﻭﻧﺨﻼ artinya = dan pohon kurma.

ﻭﻧﺤﻼ artinya = dan madu.

يجهدون artinya = sungguh- sungguh/ berjihad.

يجحدون artinya = membangkang

حجر artinya = batu

هجر artinya = Hijrah

Perlu diketahui bahwa satu huruf Al- Qur’an  tidak hanya memiliki satu sifat saja, namun kadang tergabung didalamnya 2 sampai 5 sifat sekaligus. Seperti misalnya huruf SHOD, ia memiliki sifat- sifat : Hams – Rokhowah - Isti’la’- Shofir – Ithbaq .

Untuk memudahkan mengetahui sifat sebuah huruf, maka para ahli memberi arahan agar huruf terebut coba dimatikan setelah Hamzah berharokat. Misalnya: (ﺃﺪ) Ad – (ﺃﺱ) As – (ﺃﺵ) Asy- (ﺃﻡ) Am- (ﺃﻖ) Aq.

Maka dari percobaan tersebut kita bisa merasakan bahwa huruf “Dal” itu BERHENTI nafasnya saat dimatikan, sedangkan huruf “Siin” tetap MENGALIR saat dimatikan.

Adapun sifat- sifat huruf tersebut yang terpenting adalah adalah:

1. JAHR , وهو إنحباس جريان النفس مع الحرف عند النطق به

artinya MENAHAN NAFAS saat mengucapkan sebuah huruf. Huruf- huruf yang bersifat JAHR.

Huruf JAHR adalah :

                                                    ﻋﻈﻡ ﻭﺰﻥ ﻗﺎﺭﺉ ﺫﻱ ﻏﺾ ﺠﺪ ﻂﻟﺐ,
(‘Ain- Dzo’- Mim- Wau- Za’- Nun- Qof- Ro’- Hamzah- Dzal- Ya’- Ghoin- Dhod- Jiim- Dal- Tho’- Laam- Ba’).

Untuk mengetahui kita sudah membaca huruf Jahar dengan benar, kita coba taruh kertas tisu didepan mulut kita, misalnya kita ucapkan: Bismillahirrohmaanirrokhiim.  Jika kertas tisu tersebut berkibar tertiup angin dari mulut ketika mengucap "BIS", maka berarti pengucapan huruf "ba" kita masih Hams, belum Jahar. Yang tersulit bagi beberapa daerah (misal: Jawa Tengah) adalah mengucapkan: BA - JA - DA dengan Jahr. Biasanya akan terdengar: Bha - Jha - Dha.

2. HAMS, lawan JAHR, artinya ADANYA NAFAS saat mengucapkan huruf- huruf tersebut.

Huruf- huruf HAMS adalah :

                                   ﻔﺤﺜﻪ ﺷﺧﺺ ﺱﻜﺖ
( Fa’- Kha’- Tsa- Ha- Syiin- Kho’- Shod- Siin- Kaaf- Ta’)

3. SYIDDAH, وهي انحباس جريان الصوت في مخرج الحرف عند النطق بها
artinya : KUAT. Saat disukun TIDAK ADA SISA SUARA, sedang pada huruf- huruf Qolqolah suaranya lebih kuat dan memantul.

Huruf- huruf SYIDDAH adalah :

                                          ﺃﺠﺪ ﻘﻂ ﺒﻜﺖ
(Hamzah /A-I-U – Jiim – Dal - Qoof – Tho’ – Ba’ – Kaaf – Ta’).

4. BAINIYYAH, artinya saat mengucapkan huruf tersebut (terutama saat sukun) TIDAK BERHENTI MENGHENTAK dan TIDAK MENGALIR, akan tetapi berada diantara dua sifat tersebut (agak ngeper). Bandingkan saat mengucapkan lafadh YA’MAHUUN (ﻴﻌﻤﻬﻭﻦ) dengan ^ain, dan YU’MINUUN (ﻴﺆﻤﻧﻭﻦ) dengan hamzah.

Huruf- huruf BAINIYYAH adalah :

                      ﻠﻦ ﻋﻤﺮ
(Laam – Nuun - ^ain – Miim – Ro’).

Hati- hati huruf Bainiyyah ada potensi Tawallud, yakni keluar huruf (e) tambahan, seperti: Al(e)ham(e)du.


5. RIKĤWAH /ROKĤOOWAH, lawan sifat SYIDDAH artinya MENGALIR. Maksudnya saat disukun masih ADA SISA SUARA MENGALIR.

Huruf- huruf yang memiliki sifat ini adalah SELAIN HURUF SYIDDAH dan BAINIYYAH.

6. ISTI’LA’, artinya saat mengucapkan huruf- huruf tersebut pangkal lidah naik keaatas kearah langit- langit.

Huruf- huruf yang memiliki sifat ISTI’LA’ (Isti’la’ Ashli) adalah :

                           ﺨﺺ ﻈﻐﻂ ﻘﺾ
( Kho’ – Shod – Dzo’ – Ghoin – Tho’ – Qof – Dhod ).

Perlu juga diketahui ada dua huruf yang memiliki sifat ISTI’LA’ ARIDHIYYAH, yaitu huruf LAAM dan RO’ saat dibaca tebal ‘TAFKHIM. Seperti pada lafadh ALLAH dan ARROKHMAN. Maka saat itu kedudukan pangkal lidah naik.

Karakter Tafkhim ini tidak ada di Indonesia, karena itu hanya bisa dipelajari dari seorang guru yang sanad Al- Qur'annya bersambung ke Rasululloh.

Huruf- huruf yang bersifat Isti'la' ketika berharokat Fatkhah, bentuknya kedua bibirnya MECOCO (agak monyong) , sehingga ketika dimatikan juga harus kembali ke MECOCO, namun tidak boleh MECUCU (monyong sampai lancip). Seperti ketika mengucapkan: Aq - Ath- Ash- Adh, dll.

Hati- hati, huruf Isti'la' sering membawa serta huruf sebelumnya yang Istifal menjadi ikut- ikutan Isti'la', seperti: Fadhlulloh - dibaca Fodhlulloh, Maghdhuubi - dibaca Moghdhuubi, Fi Tadhliil - dibaca Fi Todhliil, Shollallohu - dibaca Shollolloohu, Alam taro - dibaca Alam toro, dsb.

7. ISTIFAL, lawan dari sifat IST’LA’, artinya saat mengucapkan huruf- huruf tersebut posisi batang lidah datar kebawah.
Huruf- hurufnya adalah selain huruf ISTI’LA’ yang telah tersebut diatas.

8. TAFASSYI, أي إنتشار الهواء في الفم عند النطق به

artinya saat mengucapkan huruf tersebut udara nyemprot berdesis keluar mulut
Huruf yang memiliki sifat ini hanya satu yakni huruf (ﺶ) Syiin.Ingat, huruf Syin juga bersifat Rikhwah/ mengalir, seperti: Ѻ قريش

9. TAKRIR, artinya bergetar. Saat mengucapkan huruf ini lidah bergetar. Tapi harus dijaga getarannya tidak sampai berlebihan sebagaimana Orang Rusia atau orang Indonesia mengucapkan hurf R. Sedangkan pada keadaan BERTASYDID, maka getaran lidah harus lebih disamarkan ( ﻔﻌﻨﺪ ﺍﻠﺮﺍﺀ ﺍﻠﻤﺸﺪﺪﺓ ﻔﺈﺨﻔﺎﺀ ﺍﻠﺘﻜﺮﻴﺮ ﺃﻜﺪ )

Huruf yang memiliki sifat ini hanya satu yakni (ﺭ) Ro’.

10. SHOFIIR, arti nya seruit / siulan. Maksudnya saat mengucapkan huruf tersebut ada suara seruit seperti suara SIULAN.

Huruf yang memiliki sifat ini adalah: (ﺲ) Siin – (ﺺ) Shod – (ﺯ) Zai.

Hati- hati huruf Zai, walaupun ada suara Shofir namun ia memiliki sifat Jahr bukan Hams. Belajarlah dari guru yang qualified/ bersyahadah.

11. GUNNAH, artinya dengung/ bunyi sengau. Maksudnya saat mengucapkan huruf tersebut geteran suara/ resonansi masuk ke rongga hidung.

Huruf yang memiliki sifat ini adalah huruf : (ﻦ) Nuun dan (ﻡ) Miim, dan juga semua keadaan dimana timbul suara sengau seperti Idghom Bighunnah atau Ikhfa’.

Kesalahan yang paling sering terjadi pada setiap keadaan Ghunnah adalah kurang ditahannya dengung dari tempo +/- SATU ALIF. Seharusnya pada setiap keadaan dengung, apakah itu ketika Ikhfa’- Idghom Bighunnah, Iqlab dan keadaan dengung lainnya harus ditahan dengungnya +/- 2 ~ 3 harokat, Seperti:- من شئ - -إن - من بعد – من يقول– عم

12. QOLQOLAH, artinya memantul. Maksudnya saat mengucapkan huruf tersebut dalam keadaan disukun, ada suara mental.

Huruf yang memiliki sifat tersebut adalah : (ﻖ) Qoof – (ﻄ) Tho’ – (ﺐ) Ba’ – (ﺝ) Jiim – (ﺩ) Dal.

Hati- hati ketika mematikan huruf Qolqolah bertasydid dan yang tidak bertasydid.
Huruf Qolqolah tidak bertasydid dipantulkan tanpa jeda/ langsung, seperti:

وما كسب Ѻ- ذات لهب Ѻ

Huruf Qolqolah bertasydid ditahan DUA HARAKAT sebelum dipantulkan, seperti:

وتبَّ Ѻ بالحقِّ Ѻ الحجُّ Ѻ

Hati- hati, huruf Dhod dan Dzo' adalah bukan huruf Qolqolah, jadi bila sukun jangan sampai dibaca mantul, karena keduanya memiliki sifat Rikhwah/ mengalir. Seperti: Min Fadh(e)lillah - Wahanl Adh(e)mu minni.

13. ITHBAQ, artinya saat mengucapkan huruf tersebut lidah menggelembung dan melekat/ memenuhi rongga mulut.

Yang memliki sifat- sifat ini adalah 4 (empat) huruf, yakni : (ﺺ) Shod – (ﺽ) Dhod – (ﻂ) Tho’ – (ﻇ) Dzo’. Posisi lidah seperti ini tidak terdapat pada pengucapan bahasa Indonesia, sehingga perlu tuntunan guru yang benar.

14. INFITAAH, lawan dari sifat ITHBAQ, artinya mulut terbuka, lidah datar tidak menggelembung memenuhi rongga mulut. Semua huruf yang bersifat Infitah, tatkala berharokat Fatkhah, mulut harus terbuka (kurang lebih dua jari) sehingga terhindar dari pengucapan miring kearah kasroh (imalah)..

Yang memiliki sifat- sifat INFITAH ini adalah huruf- huruf selain yang empat (4) huruf ITHBAQ tersebut diatas.

15. ISTITHOOLAH, artinya memanjang. Maksudnya saat mengucapkan huruf DHOD, ada tempo sesaat sebelum huruf tersebut terbentuk dalam mulut dan kemudian diucapkan. Tekanan lidah memanjang dari Makhrojnya JIIM sampai ke Makhrojnya LAAM.

Yang bersifat ISTITHOLAH hanya satu huruf yaitu (ﺾ) DHOD
Sebagaimana balon yang ditiup, butuh waktu sampai balon itu pecah. Namun harus dijaga jangan terjadi huruf sebelumnya menjadi panjang seakan ada MAD. Misal : kalimat Waladhdhoooooolliiiiiin (ﻭﻻﺍﻟﻀﺎﻟﻴﻦ) jangan sampai terucap Walaaadhoooooolliiiiiin dengan Laaa panjang. Perlu juga diperhatikan bahwa huruf Dhod juga bersifat JAHR, artinya waktu mengucapkan huruf tersebut agar nafas dijaga deras mengalir. Juga huruf tersebut tidak bersifat Qolqolah, harus dijaga tetap Rikwah ketika sukun seperti lafadh Adh-haa, tidak boleh terbaca Adh(e)-haa

16. IDZLAQ, artinya mudah dan lancar. Bagi orang Arab mengucapkan huruf- huruf yang bersifat Dzalaqoh ini tidak berat dan tak akan mengalami kesulitan.
Yang memiliki sifat Dzalaqoh ini adalah :
                                          ﻔﺭ ﻤﻦ ﻟﺐ
(ﻒ) Fa’- (ﺮ) Ro’- (ﻡ) Miim – (ﻦ) Nuun – (ﻞ) Laam – (ﺐ) Ba’.

ISHMAT, artinya sulit- tidak lancar. Maksudnya saat mengucapkan huruf- huruf ini bagi orang Arab tidak segampang mengucapkan huruf- huruf IDZLAQ.

17. INKHIROOF, artinya berbelok. Maksudnya lidah berbelok saat mengucapkan huruf- huruf tersebut. Yakni huruf (ﻞ) Laam dan (ﺮ)Ro’. Karena sifat ini selalu mengikuti pengucapan huruf Laam dan Ro’, maka tak perlu dibahas lebih lanjut.


Lihat: http youtube berikut:

http://www.youtube.com/watch?v=u5uoJ73kNWg

http://www.youtube.com/watch?v=gTiiwQFpFrk
http://www.youtube.com/watch?v=ZK6c2r-RUx4
http://www.youtube.com/watch?v=cqj2E3nFuN0
http://www.youtube.com/watch?v=ZWoFSjErfu4 
Mim dan Nun Bertasydid: http://www.youtube.com/watch?v=jAqcpVk95zg
Ghunnah: http://www.youtube.com/watch?v=iPILsph7yvI
Huruf Ro': http://www.youtube.com/watch?v=DF2VEmXRRTg
Sifatul Huruf: http://www.youtube.com/watch?v=7OZPbjXsrL8
dll...

PLEASE VISIT: TAHFIDZ FOR CHILDREN:

http://www.youtube.com/watch?v=m4mY7HkfYGg
http://miwitihombo.blogspot.com/2012/09/aktivitas-belajar-mengajar.html#more


Friday, 22 February 2013

PENGERTIAN TAWADHU’ (RENDAH HATI)


Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia, jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini :

Rasulullah SAW bersabda: yang artinya "Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu� kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat �izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).

�Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: "Bertawadhu�lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)


Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya, Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi.

Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.

Perhatikan firman Allah berikut ini : "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS. An Naml: 40).”

Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah SWT untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi sikap sombong, sebagai berikut :

”Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang setinggi gunung” (QS al-Isra-37).

Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.)

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.(QS. Al Furqaan: 63)

Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS: an-Nahl: 23)

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langitdan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A�raf: 40)

Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206)


Berikut beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW

1. Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari’-6247).

2. Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872).

3. Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu Mas’ud al-Badariiy)

Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah. Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh sulit menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya. Karena sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan kita. Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin Allah SWT.

Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu� mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga diri atas keberhasilannya

Thursday, 14 February 2013

PEMBERIAN ALLAH PASTILAH TERBAIK

PEMBERIAN ALLAH PASTILAH TERBAIK

Aku minta kepada Allah setangkai bunga segar,
tapi Allah memberiku kaktus berduri...
Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik,
tapi Allah memberiku ulat berbulu...
Aku sedih, kecewa dan bertanya-tanya. ..
Betapa tidak adilnya Allah kepadaku.
Namun seiring dengan berjalannya waktu...
Kaktus itu berbunga indah... bahkan sangat indah.
Dan ulat berbulu itu tumbuh dan berubah, menjadi
kupu-kupu yang amat cantik...
Inilah jalan Allah...

Semua indah pada waktunya...

Allah tidak
memberi apa yang kita inginkan,
Tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan..
Subhanallah.


Trkadang kita kurang cukup
 bersabar menanti balasan atau kejutan dr Allah SWT atas segala
kebajikan & amal sholeh yg sudah sekian lama kita lakukan,semakin kita
menanti kejutan itu justru kadang makin tak kunjung datang bukan
brarti Allah tdk suka tapi kadang Allah menyegaja krna senang melihat
kesabaran kita & yg pasti Allah akan membalas setiap amal shleh kita
walau
itu hanya sebutir debu yg tak pernah diperhitungkan oleh kbanyakan
orang Barangsiapa bertakwa kpd Allah niscaya Dia akan Mengadakan
baginya
jln keluar.& memberinya rezki dr arah yg tiada di-sangka2 nya.&
Barangsiapa yg bertawakkal kpd Allah niscaya Allah akan mncukupkan
(keperluan)nya,sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yg (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-2 sesuatu.(Q.S.al-Tahalaq ayat :1-2).


Sumber : http://hikmahdanhikmah.blogspot.com

Friday, 7 December 2012

LOGO MTA


Ayat yang dijadikan sebagai dasar logo ini adalah Firman Allah SWT:
QS. 17. Al Isro' :9 =

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,

dan juga QS. 57. Al Hadiid :16 =

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

Friday, 30 November 2012

Makhroj huruf hijaiyah



Makhroj huruf ada 17 ( Tujuh belas )
1.       Rongga mulut dan tenggorokan – ا -  و- ي 
2.       Pangkal tenggorokanء – ه 
3.       Tengah tenggorokanع – ح 
4.       Puncak tenggorokanغ –خ 
5.       Pangkal lidah mengenai langit2 di atasnyaق 
6.       Pangkal lidah yang agak ke depan mengenai langit-langit ك

7.       Tengah lidah dan tengah langit-langit ج – ش - ي  
8.       Sisi (kanan kiri) lidah mengenai sisi gigi geraham atas (sebelah dalam)ض 
9.       Sisi bagian depan lidah mengenai gusi gigi depan ل
10.    Ujung lidah mengenahi gusi gigi depan atasن 
11.    Ujung lidah agak kedalam mengenahi gusi gigi depan bagian        atasر 
12.    Punggung ujung lidah mengenahi pangkal gigi depan atas ط – د – ت 
13.    Ujung lidah menghadap dan mendekat diantara gigi depan atas dan bawahص – س – ز 
14.    Ujung lidah dan ujung dua gigi seri pertama atasظ – ذ – ث  
15.    Bibir bawah bagian dalam mengenahi ujung gigi seri atasف 
16.    Kedua bibir atas dan bawahو – ب – م  
17.    Rongga pangkal hidungحروف غنة  ( م – ن ) 

Sifat-sifat huruf hijaiyah
1.       Jahr, syiddah, istifal, infitah, ishmat  ا
2.       Jahr ,syiddah ,istifal ,infitah ,idzlaq ,qolqolah            ب 
3.       Hams , syiddah ,istifal ,infitah ,ishmat ت
4.       Hams ,rokhowah ,istifal ,infitah ,ishmatث 
5.       Jahr ,syiddah ,istifal ,infitah ,ishmat ,qolqolahج 
6.       Hams ,rokhowah ,istifal ,infitah ,ishmat ح 
7.       Hams ,rokhowah ,isti’la’ ,infitah ,ishmat خ 
8.       Jahr ,syiddah ,istifal ,infitah ,ishmatد 
9.       Jahr ,rokhowah ,istifal ,infitah ,ishmatذ 
10.    Jahr ,bainiyyah ,istifal ,infitah ,idzlaq ,takrir ,inhirofر 
11.    Jahr ,rokhowah ,istifal ,infitah ,ishmat ,shofirز 
12.    Hams ,rokhowah ,istifal ,infitah ,ishmat ,shofirس 
13.    Hams ,rokhowah ,istifal ,infitah ,ishmat ,tafasysyi ش
14.    Hams ,rokhowah ,isti’la’ ,ithbaq ,ishmat ,shofir ص
15.    Jahr ,rokhowah ,isti’la’ ,ithbaq ,ishmat ,istitholah ض
16.    Jahr ,syiddah ,isti’la’ ,ithbaq ,ishmat ,qolqolahط 
17.    Jahr ,rokhowah ,isti’la’ ,ithbaq, ishmat, ظ
18.    Jahr, bainiyyah, istifal, infitah, ishmatع 
19.    Jahr, rokhowah, isti’la’, infitah, ishmat غ
20.    Hams, rokhowah, istifal, infitah, idzlaq ف
21.    Jahr, syiddah, isti’la’,infitah, ishmat, qolqolahق 
22.    Hams, syiddah, istifal, infitah, ishmatك 
23.    Jahr, bainiyyah, istifal, infitah, idzlaq, inhirofل 
24.    Jahr, bainiyyah, istifal, infitah, idzlaqم 
25.    Jahr, bainiyyah, istifal, infitah, idzlaqن 
26.    Jahr, rokhowah, istifal, infitah, ishmat, linو 
27.    Hams, rokhowah, istifal, infitah, ishmat هـ
28.    Rokhowah, istifal, infitah, ishmat, linى  


Ta’rif-ta’rifnya sifat 
1.       Hams : Keluarnya/terlepasnya nafas
2.       Jahr : Tertahannya nafas
3.       Syiddah : Tertahannya suara
4.       Rokhowah : Terlepasnya udara
                Bainiyyah : Sifat pertengahan antara syiddah dan rokhowah
5.       isti’la’: Naiknya lidah ke langit langit
6.       Istifal : Turunya lidah dari langit langit
7.       Ithbaq  : Terkatupnya lidah pada langit langit
8.       Infitah : Renggangnya lidah dari langit langit
9.       Idzlaq : Ringan diucapkan
10.    Ishmat : Berat diucapkan
11.     Shofir : Suara tambahan yang mendesis
12.     Qolqolah : Suara tambahan yang kuat yang keluar setelah menekan makhroj
13.     Lin : Mudah diucapkan tanpa memberatkan lidah
14.     Inhirof : Condongnya huruf kemakhroj atau sifat  yang lain
15.     Taqrir : Bergetarnya ujung lidah
16.    Tafassy : Berhamburannya angin dimulut
17.    Istitholah : Memanjangnya suara dalam makhroj