Sejumlah pedagang mainan gerabah mulai berdatangan di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah saat menjelang tradisi Dugderan yaitu menyambut datangnya bulan Ramadhan. TEMPO/ Budi Purwanto
"Kami sudah berkoordinasi dengan Persatuan Pedagang dan Jasa Pasar Johar dan Pasar Yaik untuk menyukseskan acara ini," ujar Kepala Bidang Pedagang Kaki Lima Dinas Pasar Kota Semarang, Anton Siswartono, Kamis pekan lalu.
Dugdheran adalah tradisi menyambut bulan puasa. Kata dugdheran diambil dari suara beduk di Masjid Agung Semarang Kauman yang dipukul bertalu-talu pada sore hari menjelang Ramadan. Pemukulan beduk itu sebagai tanda dimulainya ibadah puasa pada esok harinya.
Kini, dugdheran diisi dengan pasar malam selama beberapa hari. Puncaknya adalah pawai warak ngendhog yang digelar sehari sebelum puasa. Pasar malam akan dipusatkan di sekitar Masjid Agung Semarang Kauman, Kompleks Pasar Johar, Pasar Yaik, dan ujung Jalan Pemuda.
Penyelenggaraan acara di Masjid Agung Semarang Kauman berarti mengembalikan perayaan tradisi ini seperti pada awal sejarah. Sebelumnya, dugdheran pernah dipindahkan di kawasan Kota Lama dan Masjid Agung Jawa Tengah di Jalan Gajah.
Ketua Himpunan Pedagang Pasar Yaik Semarang, Mudatsir, mengaku siap menyukseskan dugdheran tahun ini. "Dengan dikembalikan lagi ke sekitar Masjid Agung Kauman, diharapkan pedagang Yaik dan Johar juga akan menerima dampak positifnya," ujarnya. Pengunjung dugdheran diharapkan akan datang ke Kauman sekaligus belanja ke Pasar Johar dan Yaik.
0 comments:
Post a Comment